Mochi Kota Sukabumi: Sebuah Sejarah Kuliner Khas Daerah
Mochi Kota Sukabumi: Sebuah Sejarah Kuliner Khas Daerah - Sejarah Mochi Sukabumi bisa ditelusuri dari tradisi lisan masyarakat. Konon, makanan ini dibawa oleh tentara Jepang yang pernah menduduki Indonesia. Pada masa itu, ada orang-orang pribumi yang menjadi juru masak di barak-barak militer Jepang. Barak militer saat itu ada di Sekolah Calon Perwira (SECAPA) yang di masa kolonial di kenal dengan nama politie school, yang terletak di Jalan Bhayangkara.
Pada masa Jepang, sekolah itu digunakan menjadi pertahanan militer utama Jepang di Sukabumi. Namun, ada juga yang memberi keterangan bahwa makanan ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak jumlahnya di Kota Sukabumi. Karena makanan ini sering disajikan dalam acara-acara pernikahan dan Tahun Baru Imlek.
Sungguh menarik jika menyikapi kedua perbedaan keterangan di atas. Memang sedikit menimbulkan polemik mengenai kapan tepatnya makanan ini masuk ke daerah Sukabumi dan bagaimana proses peralihan keahliannya sehingga bisa menyebar luas di masyarakat. Karena pada kenyataannya, makanan ini adalah makanan tradisional Jepang dalam upacara yang dikenal dengan mochitsuki, yaitu upacara minum teh dengan Mochi sebagai panganannya.
Petunjuk yang paling masuk akal mengani asal mula Mochi di Sukabumi adalah, relevansinya dengan Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945). Hal ini tentu memungkinkan terjadinya pewarisan keahlian dari orang-orang tentara Jepang kepada penduduk lokal yang bekerja di dapur-dapur militer.
Fakta-fakta lain yang bisa menguatkan asumsi ini adalah adanya interaksi ekonomi antara orang-orang Jepang dan penduduk lokal yang sebetulnya sudah terjadi sebelum Jepang menduduki Indonesia. Sekitar tahun 1930-an, hanya ditemukan toko-toko bahan makanan Jepang yang dikenal dengan sebutan bussando di kota-kota seperti Batavia, Bandung, Cianjur, Semarang, dan Surabaya. Toko-toko Jepang tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan pokok. Di Cianjur sendiri yang letaknya begitu dekat dengan Kota Sukabumi, sekitar tahun 1920-an, di temukan sebuah toko Jepang yang menjual bahan makanan pokok. Nama pemiliknya adalah Togashi Takeomi.
Setelah ditelusuri lebih jauh dengan memakai metode sejarah lisan, ternyata usaha mochi di Sukabumi berasal dari warga keturunan Tionghoa. Kesaksian ini didapatkan dari Didin Syamsudin, pemilik Mochi Rejeki. Menurut Didin, mengenai hal ini, ia memberi petunjuk bahwa usaha mochi pertama di kota Sukabumi adalah Mochi Garuda. Sejak ia menjadi pedagang asongan pada tahun 70-an, Mochi itu sudah ada, dan satu-satunya di kota Sukabumi. Letak Mochi Garuda tidak terlalu jauh dari usa mochi miliknya, yaitu di daerah Kota Paris, Kelurahan Kebonjati, Jalan Otista no. 39.
Pada masa Jepang, sekolah itu digunakan menjadi pertahanan militer utama Jepang di Sukabumi. Namun, ada juga yang memberi keterangan bahwa makanan ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga keturunan Tionghoa yang cukup banyak jumlahnya di Kota Sukabumi. Karena makanan ini sering disajikan dalam acara-acara pernikahan dan Tahun Baru Imlek.
Sungguh menarik jika menyikapi kedua perbedaan keterangan di atas. Memang sedikit menimbulkan polemik mengenai kapan tepatnya makanan ini masuk ke daerah Sukabumi dan bagaimana proses peralihan keahliannya sehingga bisa menyebar luas di masyarakat. Karena pada kenyataannya, makanan ini adalah makanan tradisional Jepang dalam upacara yang dikenal dengan mochitsuki, yaitu upacara minum teh dengan Mochi sebagai panganannya.
Petunjuk yang paling masuk akal mengani asal mula Mochi di Sukabumi adalah, relevansinya dengan Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945). Hal ini tentu memungkinkan terjadinya pewarisan keahlian dari orang-orang tentara Jepang kepada penduduk lokal yang bekerja di dapur-dapur militer.
Fakta-fakta lain yang bisa menguatkan asumsi ini adalah adanya interaksi ekonomi antara orang-orang Jepang dan penduduk lokal yang sebetulnya sudah terjadi sebelum Jepang menduduki Indonesia. Sekitar tahun 1930-an, hanya ditemukan toko-toko bahan makanan Jepang yang dikenal dengan sebutan bussando di kota-kota seperti Batavia, Bandung, Cianjur, Semarang, dan Surabaya. Toko-toko Jepang tersebut menjual berbagai kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan pokok. Di Cianjur sendiri yang letaknya begitu dekat dengan Kota Sukabumi, sekitar tahun 1920-an, di temukan sebuah toko Jepang yang menjual bahan makanan pokok. Nama pemiliknya adalah Togashi Takeomi.
Setelah ditelusuri lebih jauh dengan memakai metode sejarah lisan, ternyata usaha mochi di Sukabumi berasal dari warga keturunan Tionghoa. Kesaksian ini didapatkan dari Didin Syamsudin, pemilik Mochi Rejeki. Menurut Didin, mengenai hal ini, ia memberi petunjuk bahwa usaha mochi pertama di kota Sukabumi adalah Mochi Garuda. Sejak ia menjadi pedagang asongan pada tahun 70-an, Mochi itu sudah ada, dan satu-satunya di kota Sukabumi. Letak Mochi Garuda tidak terlalu jauh dari usa mochi miliknya, yaitu di daerah Kota Paris, Kelurahan Kebonjati, Jalan Otista no. 39.
Post a Comment for "Mochi Kota Sukabumi: Sebuah Sejarah Kuliner Khas Daerah"